Cari Blog Ini

Minggu, 15 November 2015

Perjalanan Hidupku

Namaku Indi Khoir, aku kelahiran tanggal 29 April tahun 1997. aku mempunyai cita-cita yang sangat tinggi yaitu ingin menjadi seorang Artsitek. tetapi entah mengapa bapakku tidak meyakini bahwa cita-citaku tersebut dapat tercapai sehingga aku disarankan untuk mempunyai cita-cita sebagai seorang guru. alasannya karena keluargaku mempunyai Yayasan Pendidikan Islam Madrasah Ibtidaiyah yang letaknya dekat dengan rumaku, yayasan tersebut peninggalan kakekku. Aku pun bersekolah disitu dan ketika mulai masuk Sekolah Menengah Pertama keinginanku untuk melanjutkan sekolah yaitu ingin ke Pondok Pesantren, karena aku ingin sekali mengenal lebih jauh tentang agama dan mengenal tentang suasana Pondok dan juga ingin belajar hidup mandiri.
tetapi keinginanku tersebut tidak dipenuhi oleh bapakku, karena keterbatasan biaya sehingga aku dimasukkan disekolah Madrasah Tsanawiyah, dan aku mau tidak mau harus mengikuti apa yang sudah ditentukan oleh bapakku. ketika aku mulai menginjak bangku sekoalh di Madrasah Tasanawiyah,  aku merasa kalau aku adalah murid yang pintar. entah mengapa kau bisa bilang seperti itu, karena aku selalu mendapat peringkat 3 besar diantara mereka. dan sehingga suatu ketika, ketika aku kelas 9 aku mendapat beasiswa PPKIJ (Pusat Pendidikan Kebudayaan Indonesia Jepang) oleh pihak sekolah. aku merasa bangga dengan hasil belajarku selam 3 tahun di Madrasah Tsanawiyah dan beasiswa tersebut berlanjut sampai aku lulus Sekolah Mengah Akhir. 
ketika aku lulus dari Madrasah Tsanawiyah aku pun melanjutkan sekolahku ke Madrasah Aliyah dimana sekolah tersebut masih satu yayasan dengan sekoalh ketika aku Tsanawiyah. saat itu prestasiku mulai turun karena ketika itu aku menjadi orang yang sakit-sakitan karena aktifitasku yang sangat banyak tetapi prestasiku mulai dari kelas 10 hingga kelas 11 aku hanya turun satu peringkat kealau disamakan dengan peringkatku waktu aku masih Tsanawiyah, yaitu mendapat peringkat 4 besar.
 Ketika kelas 12 aku benar-benar fokus dengan belajarku karena di kelas 12 adalah kelas yang paling singkat untuk belajar,bulan agustus sampai dengan desember belajar aktif diselingi dengan les tambahan untuk menempuh Ujian Nasional, dan  ketika akhir bulan januari aku sudah mulai sibuk dengan Try Out 1 dan 2, UAM, UAMBN, Ujian Praktik, dan terakhir adalah Ujian Nasiaonal. Pada bulan Januari aku diikutsertakan mengikuti test Beasiswa Learning Camp Beasiswa Perintis 5 Salman ITB, program tersebut merupakan program beasiswa yang diselenggarankan oleh Salman ITB berupa bimbingan belajar selama satu bulan diasramakan untuk menempuh pelaksanaan SBMPTN 2015 ,semua fasilitas gratis. test pertama aku mendapat nilai 9.45 sehingga aku dapat mengikuti test berikutnya. 
Ketika test kedua, aku merasa pesimis sekali, tetapi allah berkehendak lain, aku lulus test dari program salman ITB tersebut dan banyak guru-guruku,teman-temanku yang mengucapkan selamat kepadaku. Selain aku diikutsertakan pada Program Learning Camp, aku juga didaftarkan oleh sekolahku untuk mengikuti diklat di Rumah Gemilang Indonesia, yang saat itu instrukur Rumah Gemilang Indonesia yaitu Bapak Muhidin, Bapak Samsul Boin, dan Bapak Ust. Ahmad Riyadi (pak Sugeng) mempromosikan Rumah Gemilang Indoneisa kesekolahku, dan saat itupun aku tertarik juga dengan program diklat tersebut. Ketika tanggal 3 maret 2015 aku mengikuti test di Rumah Gemilang Indonesia, aku mengikuti 3 rangkaian test dan ketiga test tersebut aku lakukan dengan semangat walaupun akhirnya aku pulang malam. 
Dan aku diberitahu oleh management Rumah Gemilang Indonesia bahwa hasil test tersebut akan diumumkan seminggu sebelum lebaran. Ketika tahun 2015 pemerintah sudah memberlakukan pelaksanaan UN dengan CBT (Computer Best Test) untuk sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap, tetapi berhubung disekolahku tidak mempunyai komputer banyak, akhirnya sekolahku memutuskan untuk UN secara manual. Ketika Ujian Nasional berlangsung aku merasa deg- degan karena paket soalnya ada 20 paket, dimana semua soal-soalnya berbeda semua sehigga aku tidak bisa mendapat contekan dari teman. Tetapi walaupun begitu, sistem Ujian Nasianal pada tahun 2015 ini tidak menentukan standar kelulusan dan yang menentukan kelulusan adlah dari pihak sekolah mengambil nilai raport, sikap para siswa selama mengikuti pelajaran,  sehingga ada perasaan sedikit lega dihatiku. Seperti sekolah pada umumnya, setiap ingin melaksanakn Ujian Nasional sekolahku mengadakan Istighosah dan diakhiri dengan makan bersama.
 Dan ketika Ujian Nasional berlangsung, aku mengerjakan soal-soal dengan tenang walaupun ketika pelajaran matematika aku jawab dengan jawaban yang asal-asalan. Dan bagiku ketika ujian, soal yang paling mudah yaitu pelajaran fisika, sehingga ketika hasil ujian nasional diberitahukan dan saat itu aku langsung membuka surat kelulusan, dan benar dugaanku nilai ujian nasional tertinggi pada pelajaran Fisika dengan jumlah nilai 81 diikuti dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan nilai yang paling jelak adalah pelajaran Matematika dengan nilai 23, sehingga total NEMku 396.
 Setelah semua upaya yang sudah kulakukan, ketika pada tanggal 3 Mei 2015, aku pergi kebandung untuk mengikuti Learning Camp Beasiswa Perintis 5 Salman ITB yang bertempat di Pusdikif Susjur BA/TA tepatnya di Kota Cimahi. Sebelum aku pergi kebandung aku meminta doa restu kepada kedua orang tuaku, keluargaku, guru-guruku, dan juga teman-temanku agar aku bisa belajar dengan giat disana dan aku bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Saat itu aku pergi kebandung diantar oleh kaka tertuaku dan juga kepala sekolahku beserta suaminya dengan menggunakn mobil pribadi milik kepala sekolahku, dan aku berangkat ke bandung hanya membaw bekal uang sebanyak 500 ribu rupiah, uang tersebut termasuk untuk membayar pendaftaran SBMPTN. 
Para peserta yang lulus test sejumlah 260 orang dari seluruh indonesia seperti jawa barat,jawa tengah,kalimantan, sulawesi, sumatera, NTT, Riau, Pontianak, dan kami dikumpulkan untuk pembukaan secara simbolis di Masjid Salman ITB tepatnya di jalan Ganesha Kota Bandung. Teman pertamaku yang aku kenal adalah Riski Rizkina, dia adalah siswa SMAN 1 Singaparna Tasikmalaya. Kamipun banyak mengobrol tentang asal sekolah kami, asal tempat tinggal kami, dan yang paling aku bingung adalah bahasa yang di bicarakan memakai bahasa sunda, tetapi dia cepat mengerti kalau aku tidak faham dengan bahasa sunda.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Total Tayangan Halaman

My Album

My Album

Subscribe Box

Pages